Selasa, 20 Januari 2015

Beberapa Macam Pemeriksaan Urine

Beberapa macam pemeriksaan urin, yaitu urinalisis, tes kehamilan, tes narkoba, biakan kuman, kepekaan obat, dsb. Urinalisis atau tes urin rutin digunakan untuk mengetahui fungsi ginjal dan mengetahui adanya infeksi pada ginjal atau saluran kemih.
Tes ini terdiri dari dua macam, yaitu :
tes makroskopik dan tes mikroskopik.
Tes makroskopik dilakukan dengan cara visual. Pada tes ini biasanya menggunakan reagen strip yang dicelupkan sebentar ke dalam urine lalu mengamati perubahan warna yang terjadi pada strip dan membandingkannya dengan grafik warna standar. Tes ini bertujuan mengetahui pH, berat jenis (BJ), glukosa, protein, bilirubin, urobilinogen, darah, keton, nitrit dan lekosit esterase.
Tes mikroskopik dilakukan dengan memutar (centrifuge) urin lalu mengamati endapan urin di bawah mikroskop. Tes ini bertujuan untuk mengetahui :
(1) unsur-unsur organik (sel-sel : eritrosit, lekosit, epitel), silinder, silindroid, benang lendir;
(2) unusur anorganik (kristal, garam amorf);
(3) elemen lain (bakteri, sel jamur, parasit Trichomonas sp., spermatozoa).

  • pH

Ini adalah derajat keasaman air seni. pH urine pada orang normal adalah 4,8 – 7,4. pH di bawah 7,0 disebut asam (acid) dan pH di atas 7,0 dinamakan basa (alkali). Beberapa keadaan dapat menyebabkan pH urine menjadi basa , misalnya : diet vegetarian, setelah makan, muntah hebat, infeksi saluran kencing oleh bakteri Proteus atau Pseudomonas, urine yang disimpan lama, terapi obat-obatan tertentu, atau gangguan proses pengasaman pada bagian tubulus ginjal. Sebaliknya, pH urine bisa menjadi rendah atau asam dapat dijumpai pada : diabetes, demam pada anak, asidosis sistemik, terapi obat-obatan tertentu.
  • Berat Jenis

Berat jenis (BJ) atau specific gravity (SG) dipengaruhi oleh tingkat keenceran air seni. Pada orang normal, berat jenis urine adalah 1,015 – 1,025. Seberapa banyak Anda minum atau berkemih akan mempengaruhi BJ urine; semakin banyak berkemih, akan semakin rendah BJ, demikian sebaliknya. Adanya protein atau glukosa dalam urine akan meningkatkan BJ urine. Jika ada protein dalam urine, maka setiap 1% proteinuria BJ bertambah 0,003. Jika ada glukosa dalam urine, maka setiap 1% glukosuria BJ bertambah 0,004.
  • Glukosa

Biasanya tidak ada glukosa dalam air seni. Adanya glukosa dalam urine (disebut glukosuria) harus diwaspadai adanya gangguan atau penyakit. Jika glukosuria bersama hiperglikemia (=peningkatan kadar gula dalam darah), maka kemungkinan adalah : diabetes mellitus (DM), sindrom Cushing, penyakit pankreas, kelainan susunan syaraf pusat, gangguan metabolisme berat (misalnya pada kebakaran hebat, penyakit hati lanjut, sepsis, dsb), atau oleh karena obat-obatan kortikosteroid, thiazide, obat kontrasepsi oral). Jika glukosuria tanpa hiperglikemia dapat dijumpai pada : kelainan fungsi tubulus ginjal, kehamilan, gula selain glukosa dalam urine atau makan buah-buahan sangat banyak.
  • Protein

Biasanya tidak ada protein yang terdeteksi pada urinalisis. Adanya protein dalam urine disebut proteinuria. Proteinuria menunjukkan kerusakan pada ginjal, adanya darah dalam air kencing atau infeksi kuman. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan proteinuria adalah : penyakit ginjal (glomerulonefritis, nefropati karena diabetes, pielonefritis, nefrosis lipoid), demam, hipertensi, multiple myeloma , keracunan kehamilan ( pre-eklampsia, eklampsia), infeksi saluran kemih (urinary tract infection). Proteinuria juga dapat dijumpai pada orang sehat setelah kerja jasmani, urine yang pekat atau stress karena emosi
  • Bilirubin dan Urobilinogen

Bilirubin adalah produk perombakan hemoglobin (zat warna merah darah) oleh sel-sel retikuloendotel yang tersebar di seluruh tubuh. Bilirubin semula bersifat tidak larut air, kemudian oleh hati dikonjugasi sehingga larut air. Selanjutnya, bakteri-bakteri dalam usus akan mengubah bilirubin menjadi urobilinogen. Karena proses oksidasi, urobilinogen berubah menjadi urobilin, suatu zat yang memberikan warna yang khas pada urine. Dalam keadaan normal bilirubin tidak ada dalam urine. Adanya bilirubin dalam urine (bilirubinuria) menggambarkan kerusakan sel hati (misalnya hepatitis) atau sumbatan saluran empedu.
Peningkatan urobilinogen dalam urine menggambarkan adanya kerusakan sel hati (misalnya hepatitis) atau peningkatan perombakan hemoglobin. Sedangkan pada sumbatan saluran empedu, urobilin tidak dijumpai dalam urine.
  • Darah

Dalam keadaan normal, tidak ada darahatau hemoglobin dalam air seni. Adanya darah dalam urine (hemoglobinuria) dapat menunjukkan adanya trauma atau perdarahan pada ginjal atau saluran kemih, infeksi, tumor, batu ginjal.
  • Nitrit

Dalam urine orang normal terdapat nitrat sebagai hasil metabolism protein. Jika terdapat infeksi saluran kemih ( urinary tract infection) oleh kuman dari spesies Enterobacter, Citrobacter, Escherichia, Proteus dan Klebsiela yang mengandung enzim reduktase, maka nitrat akan diubah menjadi nitrit.
  • Keton

Keton merupakan sampah hasil metabolisme lemak. Jika persediaan glukosa menurun, maka untuk mencukupi suplai energi, cadangan lemak yang ada dimetabolisme. Peningkatan metabolisme lemak ini menyebabkan penumpukan keton (asam betahidroksi butirat, asam aseto asetat dan aseton) dalam urine atau dinamakan ketonuria. Ketonuria dapat dijumpai pada penderita diabetes mellitus atau pada orang yang kelaparan.
  • Lekosit Esterase
Lekosit esterase adalah enzim yang dikeluarkan oleh sel lekosit netrofil. Dalam keadaan normal tidak ditemukan lekosit esterase. Adanya lekosit esterase dalam air seni menunjukkan infeksi saluran kemih (urinary tract infection).
  • Sedimen / Endapan

Pemeriksaan sedimen urine dilakukan secara mikroskopik untuk mengetahui adanya : (1) material organik, yaitu sel-sel (eritrosit, lekosit, epitel), silinder (cast) dan bentuk lain : silindroid, benang lender; (2) material anorganik, yaitu garam amorf dan kristal; (3) elemen lain, seperti bakteri, parasit Trichomonas sp., jamur (misal Candida), atau spermatozoa.
  • Eritrosit

Dalam keadaan normal, terdapat 0 – 2 sel eritrosit dalam urine. Jumlah eritrosit yang meningkat menggambarkan adanya trauma atau perdarahan pada ginjal dan saluran kemih, infeksi, tumor, batu ginjal.
  • Lekosit

Dalam keadaan normal, jumlah lekosit dalam urine adalah 0 – 4 sel. Peningkatan jumlah lekosit menunjukkan adanya peradangan, infeksi atau tumor.
  • Epitel

Ini adalah sel yang menyusun permukaan dinding bagian dalam ginjal dan saluran kemih. Sel-sel epitel hampir selalu ada dalam urine, apalagi yang berasal dari kandung kemih (vesica urinary), urethra dan vagina.
  • Silinder ( cast)

Ini adalah mukoprotein yang dinamakan protein Tam Horsfal yang terbentuk di tubulus ginjal. Terdapat beberapa jenis silinder, yaitu : silinder hialin, silinder granuler, silinder eritrosit, silinder lekosit, silinder epitel dan silinder lilin ( wax cast). Silinder hialin menunjukkan kepada iritasi atau kelainan yang ringan. Sedangkan silinder-silinder yang lainnya menunjukkan kelainan atau kerusakan yang lebih berat pada tubulus ginjal.
  • Kristal

Dalam keadaan fisiologik / normal, garam-garam yang dikeluarkan bersama urine (misal oksalat, asam urat, fosfat, cystin) akan terkristalisasi (mengeras) dan sering tidak dianggap sesuatu yang berarti. Pembentukan kristal atau garam amorf dipengaruhi oleh jenis makanan, banyaknya makanan, kecepatan metabolisme dan konsentrasi urine (tergantung banyak-sedikitnya minum). Yang perlu diwaspadai jika kristal-kristal tersebut ternyata berpotensi terhadap pembentukan batu ginjal.
Batu terbentuk jika konsentrasi garam-garam tersebut melampaui keseimbangan kelarutan. Butir-butir mengendap dalam saluran urine, mengeras dan terbentu k batu. Silindroid. Ini adalah material yang menyerupai silinder. Tidak memiliki arti yang banyak, mungkin sekali berrati adanya radang yang ringan. Benang lendir ( mucus filaments). Ini didapat pada iritasi permukaan selaput lendir saluran kemih. Spermatozoa, bisa ditemukan dalam urin pria atau wanita dan tidak memiliki arti klinik.
  • Sel Jamur dan Bakteri

Bakteri yang dijumpai bersama lekosit yang meningkat menunjukkan adanya infeksi dan dapat diperiksa lebih lanjut dengan pewarnaan Gram atau dengan biakan (kultur) urin untuk identifikasi. Tetapi jika ada bakteri namun sedimen “bersih”, kemungkinan itu merupakan cemaran (kontaminasi) saja. Sel jamur menunjukkan infeksi oleh jamur (misalnya Candida) atau mungkin hanya cemaran saja. Trichomonas sp. Ini adalah parasit yang bila dijumpai dalam urin dapat menunjukkan infeksi pada saluran kemih pada laki-laki maupun perempuan.

 DIPEROLEH DARI BEBERAPA SUMBER

Kimia Klinik : Pemeriksaan Sedimen Urine (Atlas Sedimen Urine)

Pemeriksaan sedimen urin termasuk pemeriksan rutin.
Urin yang dipakai untuk pemeriksaan ini adalah urin segar atau urin yang dikumpulkan dengan pengawet, sebaiknya formalin. Yang paling baik untuk pemeriksaan sediment ialah urin pekat yaitu urin yang mempunyai BJ 1023 atau lebih tinggi, urin yang pekat lebih mudah didapat bila memekai urin pagi sebagai bahan pemeriksaan. Pada pemerikasaan ini diusahakan menyebut hasil pemeriksaan secara semikuantitatif dengan menyebut jumlah unsur sediment yang bermakna per lapangan penglihatan.
UNSUR-UNSUR SEDIMEN
Lazimnya unsur-unsur sedimen dibagi atas 2 golongan yaitu organik (organized), yaitu yang berasal dari sesuatu organ atau jaringan, dan anorganik (unorganized), yang bukan berasal dari sesuatu jaringan.
1. Unsur-unsur organik
1) Sel epitel. Hampir selalu ada, apalagi yang skuameus dan berasal dari kandung kencing, uretra dan vagina. Sel epitel bulat dianggap berasal dari tubuli ginjal dan tidak mempunyai arti jika jumlahnya sangat kecil. Pada glomerulonepritis jumlah sel epitel bulat itu bertambah banyak dan mungkin menyatakan tanda-tanda degenerasi seperti degenerasi lemak. Sel epitel berasal dari saluran kencing proximal sukar dibedakan dari leukosit karena ukuran yang hampir sama. Bertambahnya epitel menunjukkan kepada iritasi atau radang sesuatu permukaan selaput lendir dalam tractus urogenitalis.
2) Oval fat bodies, yaitu sel epitel yang mengandung lemak berasal dari tubuli ginjal dan dipertalikan dengan sindrom nofrotik.
3) Leukosit. Angka jumlah leukosit per 24 jam yang dilakukan dengan addis count membuktikan bahwa sejumlah sampai 650.000 leukosit per 24 jam tidak selalu abnormal. Sangat sukarlah untuk mengatakan sampai berapa banyak leukosit dalam pemeriksaan biasa masih boleh dipandang normal. Sekdar pegangan dapat diberikan lebih dari 5 leukosit/LPB menunjukkan kepada hal abnormal. Radang purulent di sesuatu bagian tractus urogenitalis menyebabkan adanya banyak leukosit dalam sedimen. Pada glomerulonepritis acuta jumlahnya tidak besar. Selain proses peradangan, leukosit dalam sedimen urine juga bertambah banyak oleh tumor, orulitiasis, dsb.
4) Eritrosit. Addis count 130000 eritrosit per 24 jam mungkin tidak berarti abnormal. Pada pemeriksaan biasa waspadalah jika terdapat lebih dari 1 eritrosit per LPB. Dalam menafsirkan hasil pemeriksaan timbanglah kemungkinan eritrosit datang dari vagina. Radang, trauma, diatesis hemoragik, dsb, adalah keadaan-keadaan yang menyebabkan adanya eritrosit dalam urine. Dari bentuk eritrosit tidak dapat diketaui dari mana eritrosit itu berasal prerenal, renal atau posterenal.
5) Silinder. Tempat pembentukan ialah tubuli ginjal. Dengan addis count didapat sejumlah sampai 2000 silinder hialin per 24 jam pada orang normal. Pada pemeriksaan biasa adanya belaka mungkin sudah menunjukan ke satu hal yang tidak normal. Silinder lilin didapat pada keadaan yang lebih berat seperti nepritis lanjut dan pada amyloidosis. Jika sedimen mengandung eritrosit, leukosit, dll.., unsur- unsur itu dapat melekat pada permukaan silinder dan menyusun silinder eritrosit, dsb.
6) Benang lendir. Didapat pada iritasi permukaan selaput lendir tractus urogenitalis
bagian distal.
7) Silindroid. Tidak mempunyai arti banyak, mungkin sekali silindroid berarti adanya
radang yang ringan.
8) Spermatozoa. Mungkin didapat baik dalam urine pria maupun wanita dan tidak
mempunyai arti dalam klinik.
9) Potongan jaringan. Kalau didapat berarti salah satu hal yang serius dan memerlukan
pemeriksaan lebih lanjut.
10) Bakteri. Bakteri yang didapat di samping kelainan sedimen lain, khusus bersama dengan
banyak leukosit, menunjukkan kepada sesuatu infeksi dan dapat diperiksa lebih lanjut dengan memulas sedimen degan gram atau dengan biakan urine untuk identifikasi.
2. Unsur anorganik :
1) Bahan amorf. Urat dalam urine asam dan fosfat dalam urine basa.
2) Kristal dalam urne normal. Dalam urine asam terdapat : asam urat, natrium urat, jarang kalsium sulfat. Kristal urat biasanya berwarna kuning. Dalam urine netral : kalsium oksalat dan asam hipurat. Dalam urine netral sedikit basa : amonium magnesium fosfat dan jarang kalsium fosfat. Dalam urine basa : calcium carbonate, amonium biurat, calcium fosfat.
3) Kristal yang menunjukkan keadaan abnormal : sistin, leusin, tirosin, kolesterol, bilirubin dan hematoidin